Minggu, 04 Juli 2010

Coccidia

Coccidia

1.1Sejarah Coccidia

Dalam dua dekade terakhir dikemukakan berbagai penemuan baru, sehingga beberapa Coccidia menjadi jelas sebagai patogen pada manusia. Penemuuan pertama pada tahun 1970 menjelaskan taksonomi parasit yang sudah dikenal sebagai patogen pada manusia selama setengah abad, yaitu Toxoplasma gondii adalah Coccidia dan kucing adalah hospes definitif nya. Juga menjadi jelas bahwa ada daur hidup T. gondii ada daur seksual yang mempunyai implikasi epidemiologik yang penting untuk transmisi parasit ini. Penemuan lain pada tahun 1980 adalah parasit yang menyebabkan penyakit pada hewan peliharaan, yaitu Cryptosporidium, juga patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi oportunistik disertai diare pada penderita AIDS. Coccidia lain yang pathogen adalah Cyclospora, menyebabkan diare pada dewasa maupun anak yang imunokompeten.

2. Hospes dan Nama Penyakit

Coccidia adalah parasit bersel satu, pembentuk spora dan mikroskopik yang masuk kedalam filum apicomplexa dan kelas Conoidasida.Parasit ini hidup pada berbagai mamalia, burung dan ikan, termasuk manusia. Penyakit yang disebabkannya disebut koksidiosis. Parasit Coccidia menginfeksi usus hewan. dan merupakan grup protoza apicomplexa terbesar.Coccidia adalah parasit intraselular obligat, yang berarti mereka harus tinggal dan bereproduksi pada sel hewan.

3 Distribusi Geografik

Parasit ini terdapat diseluruh dunia., tetapi lebih banyak ditemukan di negeri beriklim panas.

4. Morfologi dan Lingkungan hidup

Coccidian di golongkan berdasarkan bentuk ookista yang khas dan ukuran besarnya yang bervariasi, bentuk dan jumlah sporoblas serta sporozoit yang berbeda.

Ookista mempunyai dinding . sitoplasmanya terdapat satu sisi. Inti ookista membelah dan membentuk sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Di dalam sporokista di bentuk sporozit.

Coccidian hidup didalam sel epitel usus kecil . Dalam sel ini terjadi siklus aseksual , yaitu skizogoni.Ookista yang berisi sporokista di temukan didalam tinja.

5. Patologi

Bila sporokista matang tertelan oleh hospes, di rongga usus halus dindingnya akan pecah dan keluarlah sporozoit yang berbentuk lonjong dan kecil. Sporozoit akan masuk ke sel epitel usus halus dan menjadi trofozoit. Trofozoit dalam sel epitel ahlus membesar sampai hampir mengisi seluruh sel , kemudian intinya membelah menjadi banyak ( skizon ) , diikuti oleh pembagian protoplasma , sehingga terbentuk merozoit. Bila skizon matang pecah , merozoit memasuki sel hospes lain, tumbuh menjadi trofozoit dan mulai lagi dengan skizogoni sampai beberapa kali. Sebagian merozoit telah menjadi trofozoit mulai dengan proses sporogoni. Pada proses ini di bentuk gametosit dalam sel epitel usus halus. Sebagian trofozoit membentuk makrogametosit dan sebagian membentuk mikrogametosit. Satu makrogametosit berkembang menjadi dua makro gamet , sedangkan satu mikrogametosit berkembang menjadi beberapa mikrogamet. Setelah amkrogamet di buahi oleh mikrogamet , terbentuk zigot yang di sebut ookista , setelah pembentukan dinding ookista. Di dalam ookista dibentuk sporoblas, yang pada perkembangan selanjutnua menjadi sporokista. Di dalam sporokista di bentuk sporozoit.

Pada genus Isospora , ookista matang berisi 2 sporokista yang masing – masing mengandung 4 trofozoit. Pada genus Eimeria, ookista matang berisi 4 sporokista yang masing – masing mengandung sporozoit.contohnya anjing dan kucing.

Anjing dan kucing yang terinfeksi melepaskan ookista coccidia di dalam feses. Pada kondisi yang lembab dan hangat, ookista berpolurasi menjadi stadium infetif dalam 3-5 hari. Anjing terinfeksi jika memakan pakan atau minum yang terkontaminasi tanah atau fesesyang mengandung ookista yang infektif . didalam usus , ookista ruprut dan melepaskan sporozoit yang kemudian akan melakukan penetrasi kedalam sel epitel usus, kemudian berkembangbiak di sana dan akhirnya merusak sel hospes.mekanisme yang lain yaitu : koksidia dapat ditularkan secara vertical . anak anjing dapat terinfeksi koksidia sebelum dilahirkan jika induk terinfeksi koksidia semasa masih menjadi anak anjing dan menjadi Carier.

6. Gejala Klinis

Coccidia dapat menyebabkan Kerusakan saluran pencernaa, Radang usus (enteritis) sering terjadi sebagai efek sekunder dari infeksi coccidian.coccidia seringkali merusak dinding usus menyebabkan perlukaan dan peradangan.coccidiosis sebagai pintu masuk kejadian NE. Data hasil pantauan tim lapangan SHS, menunjukkan paling sering NE sebagai ikutan kejadian dari coccidiosis. Penyakit yang sering dikenal dengan berak darah ini sangat tinggi potensinya di Indonesia yang curah hujan dan kelembabannya sangat tinggi. Meskipun beberapa jenis coccidia tertentu infeksinya bersifat ringan, tidak menunjukkan gejala berak darah.

Gejala kronis, bersifat subklinis, gejala tidak tampak, konsumsi pakan seperti biasa, aktivitas normal tetapi bobot tidak mencapai batas minimal yang semestinya. Pemeriksaan bedah bangkai hanya ditemui bercak-bercak darah di lapisan usus, disertai cholangeohepatitis (kerusakan hati). Kasus ini yang paling sering terjadi, dan menimbulkan kerugian tinggi peternak. Sementara yang akut atau klinis, kejadian kematian tinggi. Hasil bedah bangkai menunjukkan adanya perdarahan usus, dan untuk kasus parah usus tampak menebal mengalami kerusakan jaringan (seperti handuk). Sementara itu, gejala tanpa bedah bangkai agak sulit. Karena biasanya hanya ditunjukkan adanya wet dropping (diare), atau kadang-kadang berak darah. Melalui bedah bangkai, ia berkata, beberapa ahli membagi derajat keparahan dalam 4 tingkat (scoring). Score 1 hanya ada bintik-bintik, score 2 bintik lebih banyak, score 3 mulai ada bentukan jaringan nekrosis (seperti handuk) di permukaan usus dan score 4 usus menipis dengan penumpukan nekrosis makin tebal dan nyata.

Selain unggas anjing dan kucing juga dapat mengalami infeksi koksidia gejala klinis yang di timbulkan antra lain:

Ø Anak anjing atau kucing yang terserang koksidia menunjukkkan gejala yang berkarakter dengan diare 3 hari pasca infeksi , yang bersifat mukoid. Darah di dalam tinja akan mulai tampak pada hari ke 4-6.

Ø Hewan yang terinfeksi koksidia juga akan mengalami dehidrasi, anemia, kurus, lemah dan akhirnya mati.

Ø Beberapa penderita juga menunjukkan gejala pernafasan atas yang di tunjukkan dengan batuk – batuk.

Ø Anjing atau kucing yang terinfeksi biasanya asimptomatis , tapi dapat menularkan penyakit pada hewan lain dan menyebarkan ookista infektif kedalam lingkungan melalui kontaminasi feses.

7. Diagnosis

Coccidia hidup didalam sel epitel usus kecil . Dalam sel ini terjadi siklus aseksual , yaitu skizogoni.Ookista yang berisi sporokista di temukan didalam tinja. Diagnose koksidiosis adalah dengan mengamati gejala klinis dan identifikasi ookista dalam sampel feses menggunakan larutan sucrose ά- flotation atau pengecatan khusus misalnya pengecatan asam cepat untuk Cryptosporidium.

Diagnose banding oksodiosis adalah infeksi – infeksi interik akibat virus dan penyakit – penyakit intestinal akibat parasit yang lain ( Spirocerca lupi pada anjing dan Toxoplasma gondii pada kucing ).

Usus halus di penuhi masa yang bercampur lendir dan darah , dinding usus menebal dan pada mukosa tampak petekiae disertai ulcerasi di berbagai permukaan usus halus.

8. Pengobatan

Pengendalian coccidiosis menggunakan coccidiostat yang efektif adalah yang tidak merusak lapisan usus.pengobatan terhadap koksidiosis utamanya ialah untuk mengendalikan diare , mencegah dehidrasi dan anemia , serta mengeliminasi organism infektif.pada kasus akut, pengantian cairan sangat penting.

Ø Sulfadimethoxine 55mg/kg PO pada hari pertama kemudian 27,5 mg/kg selama 4 hari atau hingga anjing tidak menunjukkan gejala infeksi isospora dan pada pemeriksaan sampel feses negative ookista.

Ø sulfadiazine 30 mg/kg PO tiap hari sampai 14 hari.

Ø Tribison 15 – 30 mg/kg PO dua kali sehari.

Ø Tortrazunil 7 mg/kg 2-5 hari.

Ø Koksidia dapat dikendalikan dengan sanitasi yang tepat , pembersihan lingkungan dengan larutan ammonium hidroksida yang kuat dan pemanasan permukan kandang yang pernah mengalami serangan koksidia.

9. Prognosis

Gejala kronis, bersifat subklinis, gejala tidak tampak, konsumsi pakan seperti biasa, aktivitas normal tetapi bobot tidak mencapai batas minimal yang semestinya. Pemeriksaan bedah bangkai hanya ditemui bercak-bercak darah di lapisan usus, disertai cholangeohepatitis (kerusakan hati). Kasus ini yang paling sering terjadi, dan menimbulkan kerugian tinggi peternak. Sementara yang akut atau klinis, kejadian kematian tinggi.

Daftar Pustaka

Anonim, 2005. Toxoplasmosis. Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner – Departemen Pertanian. Leaflet.

Biodiversity explorer: Apicomplexa (apicomplexans, sporozoans). Iziko Museums of Cape Town.


Indrawati A, 2002.Coccidia, Aspek Kesehatan dan Penatalaksanaannya

. http://rudyct.250x.com/sem1_012/agustin_indrawati.htm. [20 Januari 2006]

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000637.htm [20 Januari 2006]

Lillehoj, Hyun S. (October 1996). "Two Strategies for Protecting Poultry From Coccidia". Agricultural Research magazine (October 1996). Describes using live-parasite vaccine versus a monoclonal antibody to block the sporozoite from invading a host's cell.


Shakespeare M, 2002. Zoonoses. London, UK : Pharmaceutical Press.

The Taxonomicon & Systema Naturae. (Website database) coccidia. Universal Taxonomic Services, Amsterdam, The Netherlands.


Werner K, 2004. Coccidia. Medical Encyclopedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar